Aku masih terlena dengan netbook-ku ketika terdengar suara pintu apartemenku diketuk.
Dengan langkah malas ku 'intip' siapa dibalik pintu itu. Ku tarik nafasku dalam-dalam.
"Hai, Mel. Masuk!" Ajakku setelah ku buka pintu itu.
"Hai, Wi. Sibuk ya?" Meli melangkah masuk. "Aku mengganggu ga?" seraya terus menuju meja makan.
"Ga, lah".
Meli, sahabatku di bangku kuliah. Kami, kurang lebih sudah 7 tahun, bersahabat. Dia sudah menikah dengan Mas Indra -yang juga sangat ku kenal- 3 tahun yang lalu. Tetapi mereka belum dikaruniai anak.
Meli sudah terbiasa datang ke apartemenku. Kapan saja dia mau. Apalagi kalau dia sedang resah, galau, atau apalah yang biasa dia sebut jika sedang berprasangka terhadap suaminya.
Seperti sekarang ini. Setidaknya itulah dugaanku.
"Aku bete, Wi," katanya memulai.
"Kamu tau kan hari ini ulang tahun perkawinan ku. Aku sudah merencanakan candle light dinner. Aku udah belanja, udah beli gaun baru, tapi..."
"oh, iya!" kataku pura-pura kaget. Ku tutup net-book ku. Ku buatkan Meli minuman kesukaannya - orange juice -, ku letakkan di hadapannya lalu ku duduk disampingnya. "Trus?"
"Tadinya aku mau buat surprise mas Indra. Tapi belum setengah hari, dia udah sms, kalau nanti malam mendadak dia harus ke luar kota, urusan kantor," di teguknya orange juice itu.
"Eh, kamu lagi bikin apa?" ceritanya terputus, pandangannya tertuju pada telur dan mentega yg ada di meja makan.
"ooo...lagi mau nyoba resep klappetart," jawabku seadanya,"Terusin ceritanya gimana tadi?"
"Iya, padahal aku dah bilang tadi pagi sebelum dia berangkat ...bla..bla..." Dan seterusnya dia akan sibuk cerita dan prasangkanya.
Sedangkan aku benar-benar tenggelam dengan resep dan bahan-bahan kue itu, tidak lagi mendengarkan curhat meli.
Meli memang begitu. Baginya cukup lega hatinya jika apa yang mengganjal di hatinya telah diungkapkannya. Dia tidak akan tersinggung jika tidak direspon, ditanggapi, cukup membiarkan dia menumpahkan segala kekesalannya.
Ah, adonan itu telah jadi. Tinggal ku masukkan ke dalam oven. Dan terakhir ku dengar Meli berkata," Aku mau tidur di rumah mama aja lah, Wi. Salam ya buat pacarmu itu, eh, jadi kan dia datang hari ini?"
"Eh, jadi...jadi...," aku agak terkejut.
"Kapan-kapan aku dikenalin donk. Okeh deh aku pulang dulu, mau langsung ke rumah mama aja." Meli beranjak dan menuju pintu setelah sebelumnya kami cipika-cipiki.
"Iya...iya. Ati-ati ya, Mel."
Ku tutup pintu apartemenku berbarengan dengan hp-ku yang berbunyi.
"Ya, halo, Mas."
"Halo, sayang. Nanti malam jadi ya kita nonton," suara berat itu sangat ku rindukan.
"Jadi donk. Mas jemput aku kan?"
"Pasti! Sampai nanti sore ya, beib. Miss you."
"Oke. Miss you too."
Sore ini aku menunggu Mas Indra, suami Meli.