Suatu hari saya pulang untuk merayakan pesta ulang tahun putri saya yang ketiga. Saya melihat dia di sudut ruang depan, menggenggam semua hadiahnya dan tidak bersedia membiarkan anak-anak lain bermain dengan hadiah yang diperolehnya. Hal pertama yang saya lihat adalah para orangtua dalam ruangan melihat peragaan egois ini. Saya merasa malu, dan lebih malu lagi karena waktu itu saya mengajar mata kuliah hubungan manusia. Dan saya tau, atau setidaknya merasakan, apa harapan para orangtua ini.
Suasana dalam ruangan benar-benar tidak enak –anak-anak berkerumun di sekeliling putri kecil saya dengan tanga terjulur mengajak bermain dengan hadiah-hadiah yang baru saja mereka berikan, dan putri saya menolak dengan kukuh. Dalam hati saya berkata, “Saya tentu harus mengajar purti saya untuk berbagi. Arti berbagi merupakan salah satu hal paling mendasar yang kami yakini.”
Saya lalu mencoba meminta secara lembut. “Sayang, maukah kamu meminjamkan mainan yang baru saja mereka berikan kepadamu?”
“Tidak,” jawabnya datar.
Cara kedua adalah kemudian dengan sedikit penalaran. “Sayang, kalau kamu mau meminjamkan mainanmu, maka kalau kamu ke rumah mereka, merekapun akan meminjamkan mainannya padamu.”
Kembali jawabannya adalah “Tidak!”
Saya menjadi lebih malu karena jelas saya tidak mepunyai pengaruh. Cara ketiga, Suap. Dengan berbisik saya berkata, “Sayang, kalau kamu mau meminjamkan mainanmu, Mama punya kejutan istimewa.”
“Aku ga mau!” bentaknya.
Saya menjadi jengkel. Saya mencoba cara keempat, saya mulai mengandalkan ancaman. “Kalau kamu tidak mau meminjamkan mainanmu, kamu akan dihukum!”
“Biarin!” teriaknya. “ini mainanku. Aku ga mau meminjamkannya!”
Akhirnya saya mengandalkan kekuatan. Saya Cuma mengambil sebagian mainan dan memberikannya kepada anak-anak lain. “Ini anak-anak, mainlah.”
Meledaklah tangis putri saya.
Seketika saya tersadar, barangkali putri saya memerlukan pengalaman memiliki benda-benda tersebut sebelum ia dapat meminjamkannya. Ia membutuhkan saya sebagai orangtua yang dapat meningkatkan kematangan emosional yang lebih tinggi melalui pengalaman itu.
Disini ada pelajaran ttg berbagi dan pertumbuhan serta kapasitas orangtua untuk mengasih dan mengasuh. Seharusnya saya membiarkan putri saya membuat pilihan bebas mengenai apakah ia ingin berbagi atau tidak. Saya dapat mengalihkan perhatian anak-anak lain pada sebuah permainan yang menarik sehingga melepas tekanan emosional pada putri saya.
Pelajarannya adalah : Sesudah anak-anak diusia putri saya mempunyai rasa memiliki yang nyata, mereka akan berbagi dengan sendirinya, dengan bebas dan spontan.
I love you, my kids!
No comments:
Post a Comment