Pernah dengar kan tentang perayaan Thanksgiving? Thanksgiving Day adalah hari libur di Amerika Serikat untuk mengucapkan terima kasih dan bersyukur di akhir musim panen. Thanksgiving Day sendiri jatuh pada hari Kamis keempat di bulan November di Amerika Serikat. Sedangkan, Kanada yang juga ikut merayakannya, menetapkanThanksgiving Day pada hari Senin kedua di bulan Oktober.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia? Adakah perayaan Thanksgiving di Indonesia? Jawabannya ada. Indonesia memiliki banyak suku dan sangat kaya akan budaya dan tradisi. Nah, di antara suku-suku yang berbeda-beda ini kebanyakan memiliki satu hari yang dapat disamakan dengan perayaan Thanksgiving. Tradisinya memang jauh berbeda, di Indonesia tidak ada kalkun panggang seperti di Amerika. Namun tujuannya sama, yaitu berterima kasih kepada Tuhan atas hasil panen dan rezeki yang berlimpah dengan memuji dan menyembah (dapat disimbolkan dengan penampilan tarian, musik, dan pertunjukan boneka tradisional). Berikut beberapa budaya tradisional yang dapat disebut Thanksgiving Day a la Indonesia!
Grebeg Syawal
Grebeg Syawal adalah upacara perayaan oleh Keraton Yogyakarta setiap awal bulan Syawal di kalender Hijriyah. Grebeg Syawal dirayakan dengan memberikan persembahan kepada bumi dan berterima kasih kepada Pencipta Alam Semesta. Saat perayaan Grebeg Syawal, Keraton Yogyakarta membuat Gunungan, yang berisi berbagai macam sayuran, buah-buahan, dan makanan kecil. Semua bahan makanan itu diatur sedemikian rupa menyerupai gunung. Gunungan adalah kebaikan hati Sultan untuk rakyatnya. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya selalu berebut mengambil makanan yang ada di ujung atas Gunungan karena dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan.
Perayaan ini mengekspresikan rasa syukur para muslim setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan. Biasanya perayaan di mulai pukul 11.00 dengan parade pengawal Keraton yang menggunakan seragam berwarna cerah. Mereka akan berjalan dari Siti Inggil sampai ke Pagelaran di bagian Selatan dan menunggu prosesi Gunungan. Upacara Grebeg Syawal diadakan di Alun-alun Utara Yogyakarta.
Festival Dewi Sri
Dewi Sri dikenal juga sebagai Dewi Padi oleh orang Jawa dan Bali. Festival Dewi Sri dirayakan untuk menghormati Dewi Sri dan Batara Anta (ular). Pada hari perayaan festival Dewi Sri, mereka akan mempersembahkan produk hasil panen mereka kepada Anta (ular) dan tidak akan menyakiti ular jika mereka menemukannya di rumah mereka. Rumah-rumah mereka berada di dekat sawah dan peternakan sehingga seringkali ditemukan ular. Petani tradisional di Jawa masih memegang teguh tradisi dan kepercayaan mereka, seperti tidak menanam padi di bulan Februari dan menunggu tanda-tanda dari Dewi Sri.
Sekaten
Perayaan Sekaten di mulai pada hari kelima di bulan Maulud (kalender Hijriyah). Masyarakat Yogyakarta, Surakarta, dan sekitarnya memercayai dengan merayakan Sekaten, yaitu dengan mendengarkan musik Gamelan, mereka akan mendapatkan hadiah dari Tuhan yang berhubungan dengan pekerjaan, kesehatan, dan masa depan mereka. Perayaan hari pertama di mulai di tengah malam dengan kedatangan abdi dalem dalam dua baris yang membawa dua set Gamelan yang bernama Kyai Nogowilogodan Kyai Gunturmadu. Biasanya akan ada juga karnaval yang diselenggarakan setiap perayaan Sekaten.
Seren Taun
Seren Taun dirayakan setiap tanggal 22 Rayagung berdasarkan kalender Sunda. Tradisi ini dikembangkan oleh Pangeran Madrais yang berasal dari Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Tradisi ini merupakan bagian dari agama Buhun, kepercayaan tradisional suku Sunda. Masyarakat yang merayakat Seren Taun biasanya membawa hasil panen mereka, seperti beras, jagung, buah-buahan, sayuran, dan lain-lain. Mereka mengungkapkan rasa syukur mereka kepada Tuhan. Perayaan Seren Taun memakan waktu selama tiga hari. Mereka menumbuk beras bersama sambil menyanyi ('ngagondang' dalam bahasa Sunda). Biasanya, masyarakat Cirebon dan suku Baduy di Lebak Banten yang rutin menggelar perayaan Seren Taun.
Anda ingin merasakan suasana Thanksgiving a la Indonesia? Ayo cari tiket menuju tempat yang merayakan Sekaten, Seren Taun, Festival Dewi Sri, atau Grebeg Syawal dari sekarang!
*Sumber: Notes.urbanesia.com
No comments:
Post a Comment