http://www.youtube.com/watch?v=xTl6vcaRI00)
Melihat video itu, aku jadi mengingat-ingat masa kehamilan si kecil dulu. Ada yang bilang kalau melahirkan anak kedua (atau ketiga dan seterusnya) lebih mudah dan cepat dari anak pertama. Pengalamanku saat melahirkan Gibe memang membuktikan demikian, tapi kok ya ekspektasi rasa sakit saat melahirkan anak kedua melebihi saat melahirkan anak pertama.
Anak pertamaku, Sava, dilahirkan secara normal. Walau ada sedikit hambatan karena aku terlalu dini mengenali kontraksi, sehingga harus di induksi dan sebagainya, namun rasa sakitnya tidak begitu terasa.
Atau mungkin karena pada proses kelahiran anak pertama, aku masih buta dan belum ada pengalaman sama sekali, sehingga semua rasa sakit pasrah aku terima dan rasakan dari mulai kontraksi ringan hingga lahirnya si Kakak. Padahal proses lahirnya termasuk lama dan mulai membuat bidan memutuskan memanggil dokter untuk operasi cecar. Namun, begitu dokter datang si Kakak langsung keluar. Mungkin karena proses yang lama itu aku jadi tidak terlalu merasakan sakitnya. Kalaupun terasa mungkin aku sudah lupa sekarang.
Berbeda dengan anak kedua. Sepertinya aku sudah tahu kapan akan sakit dan bagaimana kira-kira sakitnya. Bukan karena pengalaman pada anak pertama, melainkan dikehamikan kedua aku mempunyai banyak waktu membaca buku-buku tentang kehamilan dan kelahiran. Jarak anak pertama dan keduaku sekitar 5 tahun, yang membuatku lupa semua tentang proses melahirkan. Sehingga aku benar-benar mempersiapkan diri untuk kelahiran anak kedua ini.
Karena ini anak kedua, dokter selalu mengingatkan jangan terlalu dini memutuskan ke rumah sakit kalau hanya mengalami kontraksi palsu. Ajaran untuk mulai menghitung menit setiap kontraksi yang datang, mulai aku terapkan. Malah suami ikut mencatat menitnya setiap aku merasakan kontraksi itu.
Aku tidak ingat pada bukaan berapa aku memutuskan berangkat ke rumah sakit. Yang aku ingat, begitu sampai di rumah sakit aku sudah tidak kuat berdiri, dan dari situlah aku mulai panik dan harus "menikmati " tiap detik rasa sakit yang luar biasa. Aku tidak ingat apakah rasa ini juga kualami saat kelahiran anak pertama.
Saat proses melahirkan, suami juga setia berada di sampingku. Suami juga ikut ke kamar bersalin, dia sampai menangis melihat aku melahirkan. Tak sedikit pun kata-kata keluar dari mulut sang suami saat buah cintanya lahir ke dunia. Namun, bisa menemaninya saat melahirkan dan selalu ada saat dirinku dan sang anak membutuhkan, adalah sangat spesial buatku
Oiya, kembali ke acara Mommies daily hari itu, melihat banyaknya peserta yang hadir saat itu menunjukkan bahwa sudah banyak ibu yang juga punya perhatian begitu besar terhadap kesehatan bayinya. Dengan menghadirkan Dr. dr. Rini Sekartini Sp. A(K), aku dan peserta gathering mendapat penjelasan tentang perawatan kult bayi terutama bayi newborn.
Sebenarnya, menjaga kesehatan kulit bayi bukan hanya kewajiban seorang ibu, tugas itu bisa dibagi bersama ayah. Suami bisa membantu pada masa pasca kelahiran. Untungnya, suamiku itu bisa juga berperan sebagai seorang ibu, yang bisa menangani segala hal dalam mengurus si kecil.Walau saat itu suami belum berani memandikan Gibe, tapi giliran memakaikan baju dan popok ia sudah bisa. Jadi memang sangat bangga dan membantu.
Anak pertamaku, Sava, dilahirkan secara normal. Walau ada sedikit hambatan karena aku terlalu dini mengenali kontraksi, sehingga harus di induksi dan sebagainya, namun rasa sakitnya tidak begitu terasa.
Atau mungkin karena pada proses kelahiran anak pertama, aku masih buta dan belum ada pengalaman sama sekali, sehingga semua rasa sakit pasrah aku terima dan rasakan dari mulai kontraksi ringan hingga lahirnya si Kakak. Padahal proses lahirnya termasuk lama dan mulai membuat bidan memutuskan memanggil dokter untuk operasi cecar. Namun, begitu dokter datang si Kakak langsung keluar. Mungkin karena proses yang lama itu aku jadi tidak terlalu merasakan sakitnya. Kalaupun terasa mungkin aku sudah lupa sekarang.
image by google |
Karena ini anak kedua, dokter selalu mengingatkan jangan terlalu dini memutuskan ke rumah sakit kalau hanya mengalami kontraksi palsu. Ajaran untuk mulai menghitung menit setiap kontraksi yang datang, mulai aku terapkan. Malah suami ikut mencatat menitnya setiap aku merasakan kontraksi itu.
Aku tidak ingat pada bukaan berapa aku memutuskan berangkat ke rumah sakit. Yang aku ingat, begitu sampai di rumah sakit aku sudah tidak kuat berdiri, dan dari situlah aku mulai panik dan harus "menikmati " tiap detik rasa sakit yang luar biasa. Aku tidak ingat apakah rasa ini juga kualami saat kelahiran anak pertama.
Saat proses melahirkan, suami juga setia berada di sampingku. Suami juga ikut ke kamar bersalin, dia sampai menangis melihat aku melahirkan. Tak sedikit pun kata-kata keluar dari mulut sang suami saat buah cintanya lahir ke dunia. Namun, bisa menemaninya saat melahirkan dan selalu ada saat dirinku dan sang anak membutuhkan, adalah sangat spesial buatku
Oiya, kembali ke acara Mommies daily hari itu, melihat banyaknya peserta yang hadir saat itu menunjukkan bahwa sudah banyak ibu yang juga punya perhatian begitu besar terhadap kesehatan bayinya. Dengan menghadirkan Dr. dr. Rini Sekartini Sp. A(K), aku dan peserta gathering mendapat penjelasan tentang perawatan kult bayi terutama bayi newborn.
Para mommy yang concern thdp kesehatan kulit bayi. (Sumber di sini) |
Selain itu, suami juga selalu terjaga di tengah malam untuk menemaniku, apabila si kecil terbangun dan menangis.
Menurut artikel yang pernah kubaca, bantuan ayah dalam menangani si kecil mempunyai dampak psikologis yang baik untuk anak. Berdasarkan survey yang dilakukan pada para ayah, sudah banyak yang secara sadar diri ikut memandikan, mengganti popok atau memakaikan baju pada anak-anaknya selama beberapa kali dalam satu minggu. Membacakan cerita juga kadang dilakukan. Dalam hal mengganti popok, ternyata menurut peneliti, akan tercipta ikatan tersendiri. Pekerjaan ini bisa dibilang mudah dan membuat ayah menatap mata sang bayi secara dalam. Bisa juga disertai candaan, seperti menggelitik perut dan kaki. Ikatan emosi pun terbentuk secara lebih dalam. Dengan demikian para ayah punya kewajiban juga menjaga kesehatan kulit bayinya.
Dalam menjaga kesehatan kulit bayi, ada beberapa masalah kulit bayi yang biasa dikeluhkan. Sebagai orangtua, kita harus mengetahui dulu kondisi kulit bayi, sebelum menyelesaikan masalahnya. Masalah kulit bayi yang sering timbul, antara lain:
1. Eksim susu.
Ada pendapat ini disebabkan karena terkena air ASI. Tandanya kulit kering, bercak kemerahan, dan gatal yang muncul di kedua pipi. Tapi menurut ilmu kedokteran, dermatitis atopi (eksim susu) ini disebabkan karena makanan, faktor keturunan, keringat, atau alergi debu. Jadi jangan hentikan pemberian ASI pada bayi. Mengatasinya, cukup bersihkan dengan air hangat lalu usap dengan lembut.
2. Ruam popok.
Penyebabnya karena pemakaian popok yang terkontaminasi dengan urin/BAB dalam waktu lama. Tandanya muncul bintik-bintik berwarna merah dan terasa amat gatal, peradangan dan lecet (pada lipatan paha dan bokong bayi).
3. Kerak pada kulit kepala.
Dulu saat hamil, air kelapa sering dianggap sebagai minuman wajib bila ingin anaknya terlahir bersih, bebas dari kerak kepala. Padahal kerak di kepala bayi terbentuk karena terlalu aktifnya kelenjar minyak akibat dari pengaruh hormon ibu. Kondisi ini disebut juga dengan dermatitis seboroik, biasa terjadi pada anak. Bahkan dialami sekitar 50% bayi yang baru lahir. Seiring dengan bertambahnya usia bayi, kerak ini akan menghilang dengan sendirinya.
Penyebab utama ruam popok pada bayi adalah kelembaban atau terlalu lama mengenakan popok yang sudah terkena pipisnya. Selain itu, ruam popok bisa juga disebabkan oleh adanya riwayat alergi, terjadi gesekan berlebihan anatar popok dengan kulit bayi, memakai popok yang terlalu ketat, atau memakai diapers yang terbuat dari plastik atau karet dalam jangka waktu lama sehingga mengakibatkan iritasi. Ruam popok biasanya terjadi pada bayi di bawah usia 15 bulan, dimana kulitnya masih sangat tipis dan rentan terhadap iritasi. Gejala lebih lanjut dari ruam popok bisa sampai berair, menimbulkan gatal, bahkan hingga mengakibatka demam. Dokter Rini menyarankan agar setiap orangtua untuk waspadai saat melihat ada perubahan warna pada kulit di daerah yang tertutup popok.
Di artikel Mommies Daily ada nih cara mengatasi ruam popok, yaitu :
Dalam menjaga kesehatan kulit bayi, ada beberapa masalah kulit bayi yang biasa dikeluhkan. Sebagai orangtua, kita harus mengetahui dulu kondisi kulit bayi, sebelum menyelesaikan masalahnya. Masalah kulit bayi yang sering timbul, antara lain:
1. Eksim susu.
Ada pendapat ini disebabkan karena terkena air ASI. Tandanya kulit kering, bercak kemerahan, dan gatal yang muncul di kedua pipi. Tapi menurut ilmu kedokteran, dermatitis atopi (eksim susu) ini disebabkan karena makanan, faktor keturunan, keringat, atau alergi debu. Jadi jangan hentikan pemberian ASI pada bayi. Mengatasinya, cukup bersihkan dengan air hangat lalu usap dengan lembut.
Dermatitis Atopi. (sumber di sini) |
Penyebabnya karena pemakaian popok yang terkontaminasi dengan urin/BAB dalam waktu lama. Tandanya muncul bintik-bintik berwarna merah dan terasa amat gatal, peradangan dan lecet (pada lipatan paha dan bokong bayi).
3. Kerak pada kulit kepala.
Dulu saat hamil, air kelapa sering dianggap sebagai minuman wajib bila ingin anaknya terlahir bersih, bebas dari kerak kepala. Padahal kerak di kepala bayi terbentuk karena terlalu aktifnya kelenjar minyak akibat dari pengaruh hormon ibu. Kondisi ini disebut juga dengan dermatitis seboroik, biasa terjadi pada anak. Bahkan dialami sekitar 50% bayi yang baru lahir. Seiring dengan bertambahnya usia bayi, kerak ini akan menghilang dengan sendirinya.
Menjaga kulit anak tetap sehat terutama dimulai dari menjaga asupan makanan, pencernaan, kebersihan, atau keadaan fisik anak. Pemeliharaan kulit bayi meliputi perawatan kulit bayi mulai dari kegiatan sehari hari. Mulai dari memandikan secara teratur, 2 kali sehari, pagi dan sore. Membersihkan rambut. Juga mengganti popok atau baju pada saat tepat. Saat memandikan bayi cek leih dulu suhu air, disesuaikan dengan umur anak, gunakan sabun mandi yang lunak, gunakan sampo bayi, lalu keringkan badan bayi.
Gibe kecil selalu kujaga kesehatan kulitnya |
Berdasarkan survey, 85,55% ibu di Indonesia mempunyai rasa kekhawatiran jika anaknya terkena masalah ruam popok. Dalam penggunaan popok baik popok sekali pakai atau popok tradisional memang kita harus lebih cermat. Gunakan popok yang memiliki daya serap baik tidak menimbulkan iritasi, dan tidak menghambat gerakan dan perkembangan bayi. Jujur, kalau aku lebih memilih memakaikan popok sekali pakai. Anak bisa tidur nyenyak tanpa terganggu dibandingkan dia harus terbangun saat digantikan popoknya. Selain penggunaan yang cermat, ibu juga harus pintar memilih produk popok sekali pakai. Karena problem yang biasa timbul dari pemakaian popok adalah ruam popok itu.
Penyebab utama ruam popok pada bayi adalah kelembaban atau terlalu lama mengenakan popok yang sudah terkena pipisnya. Selain itu, ruam popok bisa juga disebabkan oleh adanya riwayat alergi, terjadi gesekan berlebihan anatar popok dengan kulit bayi, memakai popok yang terlalu ketat, atau memakai diapers yang terbuat dari plastik atau karet dalam jangka waktu lama sehingga mengakibatkan iritasi. Ruam popok biasanya terjadi pada bayi di bawah usia 15 bulan, dimana kulitnya masih sangat tipis dan rentan terhadap iritasi. Gejala lebih lanjut dari ruam popok bisa sampai berair, menimbulkan gatal, bahkan hingga mengakibatka demam. Dokter Rini menyarankan agar setiap orangtua untuk waspadai saat melihat ada perubahan warna pada kulit di daerah yang tertutup popok.
Bila popok sudah penuh atau terkena Buang Air Besar, segera ganti, jangan ditunda.
2. Bersihkan bagian yang tertutup popok dengan air mengalir. Selain mencegah ruap popok, juga sekaligus mencegah terjadinya risiko infeksi saluran kemih.
3. Kenali popok yang dipakai. Ada anak yang alergi atau tidak cocok dengan merek popok sekali pakai tertentu.
4. Jangan menggunakan bedak bayi di bagian yang tertutup popok, partikel bedak tabur yang sangat halus bisa menyumbat kemaluan si kecil. Lagipula, alih-alih mengharumkan, kalau tertutup popok dan bercampur dengan kotoran si kecil malah bisa jadi penyebab iritasi kulit bayi.
5. Hindari membersihkan area yang tertutup popok dengan tisu basah yang mengandung alkohol atau parfum.
Nah, kalau ibu-ibu sekarang tidak perlu risau lagi akan ruam popok, ada kabar baik dari Pampers yang memiliki solusi dengan menghadirkan Pampers 5 Star Skin Protection. 5 Star Skin Protection adalah adanya 5 kelebihan Pampers yang mampu menjaga kesehatan kulit bayi. Apa saja kelebihan-kelebihannya itu?
1. Mengandung lidah buaya. Kandungan lidah buaya ini merupakan lapis pelindung, yang melindungi kelembutan kulit bayi sehingga kelembaban kulit bayi dapat selalu terjaga.
2. Memiliki sirkulasi udara. Pampers 5 star skin protection memiliki sirkulasi udara yang baik jadi tidak gerah saat dipakai. Malah, bisa bertahan sampai 12 jam sehingga tidak mengganggu tidur malamnya. Waktu tidur untuk anak terlebih bayi yang baru lahir itu adalah waktu yang krusial. Karena, saat tidur itulah bayi kita otaknya berkembang secara maksimal.
3. Kelembutannya seperti kapas dan tidak kasar
4. Desainnya yang tipis
5. Fleksibel mengikuti bentuk tubuh bayi membuatnya nyaman digunakan. Sehingga bayi bisa leluasa bergerak.
Ah, jadi pengin hamil dan melahirkan lagi. :) Yuk, moms yang punya pengalaman dan kenangan tak terlupakan saat melahirkan anak pertama, share ceritanya sepertiku.
2. Memiliki sirkulasi udara. Pampers 5 star skin protection memiliki sirkulasi udara yang baik jadi tidak gerah saat dipakai. Malah, bisa bertahan sampai 12 jam sehingga tidak mengganggu tidur malamnya. Waktu tidur untuk anak terlebih bayi yang baru lahir itu adalah waktu yang krusial. Karena, saat tidur itulah bayi kita otaknya berkembang secara maksimal.
3. Kelembutannya seperti kapas dan tidak kasar
4. Desainnya yang tipis
5. Fleksibel mengikuti bentuk tubuh bayi membuatnya nyaman digunakan. Sehingga bayi bisa leluasa bergerak.
Ah, jadi pengin hamil dan melahirkan lagi. :) Yuk, moms yang punya pengalaman dan kenangan tak terlupakan saat melahirkan anak pertama, share ceritanya sepertiku.
Aku aamiinin paragraf terakhirnya :D
ReplyDeleteHihihi....ah kamyuu :)
ReplyDeletethanks sharingnya berguna banget buat saya yang sedang menantikan kelahiran jarang bayi ;)
ReplyDeleteSama2....Makasih juga sudah berkunjung :)
DeleteAku juga ikut mengaminkan kalimat terakhir deh .... sapa tau trs aku ketularan jg hihihi
ReplyDeleteAku juga ikut mengaminkan kalimat terakhir deh mak...sapa tau trs aku juga ketularan hihihi
ReplyDeleteAmiiin....:)
DeleteAku jugaa aku jugaaa mengaminkan hihihi..
ReplyDeletegood luck ya maaak :*
Makasih, Miaa...:*
Deletegood luck ya mak ^_^
ReplyDeleteMakasiih, Bunda Shidqi :*
ReplyDelete