Mungkin teman-teman ada yang belum tau, dulu aku ini salah satu dari sekanian banyak ibu-ibu yang struggling masalah berat badan anak. Sebenarnya aku juga bukan ibu yang menuntut anak supaya gendut banget. Yang penting anak sehat aja. Tapi karena ada kondisi si anak bungsu ini, yang susah sekali makan dan ngga bisa naik berat badannya, justru sempat membuat aku pusing tujuh keliling.
Sampai usia 3 tahun berat badannya stabil, tetapi kemudian dia mulai susah makan dan berat badannya susah bertambah.
Ada seorang teman memberitahu kemungkinan anakku mengalami ADB. Karena katanya salah satu gejala anak yang mengalami ADB adalah berat badannya stagnan atau tidak mengalami kenaikan berat badan. Aku pun jadi gelisah. Bayang bayang ADB semakin membuatku stress.
Anemia kan sering menjadi momok bagi ibu ibu yang masih memiliki anak balita. Buatku, segala penyakit yang berhubungan dengan darah dianggap menakutkan, lebih takut daripada terserang diare atau demam berdarah.
Tetapi setelah beberapa kali konsul dokter dan cek darah, alhamdulillah Gibe dinyatakan negatif adb. Hanya saja Gibe memang anak yang susah makan. Kemungkinan ini karena aku kurang kreatif dan variatif lagi dalam memberikan menu makanan baginya.
Mengapa seorang ibu musti mewaspadai ADB pada anaknya?
ADB adalah singkatan dari Anemia defisiensi Besi atau anemia karena kekurangan zat besi. ADB saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan pada anak Indonesia. Oleh karena itu, ADB harus diketahui dan mendapat perhatian khusus. ADB pada anak akan memberikan dampak yang negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain gangguan pertumbuhan organ tubuh serta dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
ADB adalah singkatan dari Anemia defisiensi Besi atau anemia karena kekurangan zat besi. ADB saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan pada anak Indonesia. Oleh karena itu, ADB harus diketahui dan mendapat perhatian khusus. ADB pada anak akan memberikan dampak yang negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain gangguan pertumbuhan organ tubuh serta dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Seperti pesan dr. Herbowo Soetamenggolo saat Seminar Kesehatan bersama Dharma Wanita Persatuan & PERNAKES Kemenhumkam, bahkan seorang ibu harus memperhatikan kebutuhan zat besi anaknya sejak dalam kandungan. Pentingnya pemenuhan zat besi sejak 1000 hari pertama kehidupan akan mempengaruhi tumbuh kembang anak sampai dewasa.
1000 hari pertama kelahiran adalah periode emas bagi tumbuh kembang seorang anak. Terhitung sejak bayi berada dalam kandungan ibunya sampai 2 tahun pertama kehidupannya. Nutrisi yang diterima pada masa ini, termasuk zat besi, memiliki dampak jangka panjang terhadap kehidupan sang anak sampai usia dewasa.
Anak yang kekurangan zat besi akan mengalami gejala anemia seperti lemas, mudah lelah, mudah infeksi. Kalau dibiarkan akan bisa terjadi gangguan perilaku, gangguan prestasi belajar, serta menurunnya daya tahan tubuh.
Pemenuhan nutrisi ibu juga sangat penting. Kekurangan zat besi pada ibu mempengaruhi kebutuhan zat gizi dan perkembangan otak pada janin, serta memungkinkan terjadinya peningkatan resiko defisiensi dan perubahan perilaku bayi.
Pencegahan ADB dapat dilakukan dengan pemberian makanan yang mengandung zat besi, seperti daging, ikan, ayam, dan sayuran hijau. Sedangkan untuk bayi baru lahir, pemberian ASI eksklusif sangat berpengaruh. Pemberian makanan tambahan pada anak dengan MPASI homemade serta selalu pantau perkembangan anak juga sangat membantu.
Perlukah Suplemen Zat Besi?
Menurut dr. Herbowo, saat anak memasuki usia satu tahun, kebutuhan zat besinya meningkat. Pemberian suplemen bersifat asupan tambahan yang bertujuan mengisi cadangan zat besi dalam tubuh dalam pembentukan hemaglobin. Tetapi yang terpenting tetap pemberian asupan makanan setiap hari.
Rekomendasi suplemen zat besi yang bisa diberikan adalah Maltofer.
Maltofer tersedia dalam tiga jenis atau bentuk. Ada Maltofer drops, maltofer sirup, dan maltofer tablet. Maltofer drops bisa dikonsumsi untuk usia anak di bawah 1 tahun.
Maltofer sirup diperuntukan untuk anak dan dewasa.
Sedangkan Maltofer tablet diperuntukan untuk anak usia diatas 12 tahun dan orang dewasa.
Maltofer, Suplemen Zat Besi |
Kandungan Maltofer yang terdiri dari bahan aktif zat besi atau lebih tepatnya adalah Besi (III) Hidroksida dalam Sukrosa dapat membantu pemenuhan cadangan zat besi dalam tubuh. Jika anak atau diri kita sendiri mengalami masalah anemia karena defisiensi zat besi, bisa berikan maltofer sebagai suplemen tambahan.
Tetapi sebelum memberikan suplemen tambahan sebaiknya cek secara berkala kadar hemoglobin (Hb) kita untuk memastikan sejauh mana asupan suplemen tersebut kita butuhkan. Dan konsultasikan ke dokter jika kekurangan zat besi berlebih.
Semangat sehat ya. Jaga diri kita jangan sampai kekurangan zat besi. Dan waspadai ADB pada anak-anak kita.
Gibe tumbuh besar dengan sehat |
Wah, ternyata Gibe jauh lebih berat pada saat baru lahir ya dibanding sesudah pertumbuhan. Ini kayak Derry baru lahir yang besar, eh lama lama susah makan. Semoga ga stunting
ReplyDeleteAnak tumbuh sehat dan pertumbuhan bagus memang dambaan setiap orang tua. Kalau kondisi anak stagnan emang lebih baik harus segera cari tahu ya. Jangan sampai kekurangan zat besi.
ReplyDeleteTernyata bisa dilacak sejak dini ya mba, dan memang harus konsultasi ke dokter untuk memberikan suplemen untuk anak. Terimakasih infonya yaaa
ReplyDeleteDi 1000 hari pertama anak sangat penting yah untuk nutrisi nya terpenuhi. Wawasan baru nih buat saya
ReplyDeletewah aku baru tau kalau ada resiko ketika anak kurang zat besi, menambah wawasan buat aku nih yang belum berkeluarga.
ReplyDeleteTernyata kekurangan zat besi pada balita bisa berakibat sangat fatal, sebagai seorang ibu mesti sangat waspada ya dengan hal ini
ReplyDeletekalau sudah tahu tanda tanda ini muncul segera saja tambahkan semua makanan yang mengandung semua zat yang menunjang tumbuh kembang. kalau emang udah susah harus konsultasi ke dokter untuk tahu suplemen yang pas
ReplyDeleteYes, harus waspada kalau zat besi kurang anak bisa lemes!
ReplyDeleteKalau anak2 kurang zat besi memang bikin resah ya. Apalagi kalau gak suka makan. Harus pintar2 ya menyiasati supaya anak gak kekurangan zat besi.
ReplyDeletewah ada yang bisa bantu mengatasi kekurangan zat besi pada anak nih. . perlu lebih aware juga ya dengan gejalanya..
ReplyDeleteZat besi ternyata ga cuma diperlukan saat bayi dlm kandungan ya mb.. Kan kabarnya perkembangan otak bayi memerlukan zat besi. .bahkan Ada penelitian pengaruh kecukupan zat besi Anak terhadap kemampuan matematika. Artinya memang ADB ini harus dihindari baik selama 1000 hpk maupun dlm fase tumbuh kembang Anak Anak. Bolehlah nih dicoba maltofer sbgi suplemen penambah zat besi u Anak anak
ReplyDelete