Dengan suasana santai ditemani secangkir teh hangat, aku menyerap ilmu yang disampaikan oleh tiga pembicara, yaitu : dr. Daud Kristianto, Sp.OG, dr. Bitefillia Arjunadi, Sp.OG, dan dr. Fitriyana Astuti, Sp.KJ.
Dr. Daud membuka sesi dengan menjelaskan secara rinci beberapa masalah utama yang sering terjadi pada organ kewanitaan. Beliau menyoroti empat masalah utama berikut:
Penyebab Masalah pada Organ Kewanitaan
Dr. Daud juga mengulas faktor-faktor utama yang dapat memicu masalah pada organ kewanitaan, antara lain:
PCOS (Polycystic Ovary Syndrome): Kondisi ini terjadi ketika ovarium menghasilkan hormon androgen (hormon seks pria) berlebih, yang menyebabkan gangguan haid, jerawat berlebihan, dan pertumbuhan rambut di area tertentu yang tidak biasa bagi perempuan.
Kelebihan Hormon Pria: Ketidakseimbangan ini dapat memengaruhi siklus haid dan menyebabkan perubahan fisik tertentu.
Kelebihan Hormon Menyusui (Prolaktin): Produksi hormon ini biasanya meningkat saat menyusui, tetapi jika terjadi pada perempuan yang tidak menyusui, ini bisa menjadi tanda masalah pada kelenjar pituitari.
Dr. Daud menekankan pentingnya melakukan pemeriksaan rutin untuk mendeteksi masalah pada organ kewanitaan sejak dini. Selain itu, menjalani gaya hidup sehat dengan menjaga berat badan, mengelola stres, dan menghindari kebiasaan buruk seperti merokok atau konsumsi alkohol berlebihan dapat membantu menjaga kesehatan reproduksi.
● Haid yang tidak teratur dalam waktu lama.
● Pendarahan di luar siklus menstruasi.
● Nyeri perut yang mengganggu aktivitas.
● Keputihan abnormal yang terus-menerus.
Penjelasan dr. Daud ini benar-benar membuka wawasan saya tentang pentingnya perhatian terhadap kesehatan organ kewanitaan, bukan hanya untuk kualitas hidup tetapi juga untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan.
------------------
Dalam sesi talkshow, dr. Bitefillia memberikan penjelasan mendalam tentang peran hormon kewanitaan yang tidak hanya memengaruhi tubuh, tetapi juga suasana hati, perilaku, dan hubungan sosial. Berikut adalah uraian dari poin-poin penting yang beliau sampaikan.
1. Hormon dan Emosi
Kadar Estrogen Tinggi: Saat kadar estrogen tinggi, seperti di pertengahan siklus menstruasi, suasana hati cenderung stabil, percaya diri meningkat, dan perasaan positif muncul.
Kekurangan Estrogen: Ketika kadar estrogen menurun, seperti sebelum menstruasi atau saat menopause, perempuan bisa merasa depresi, cemas, dan kehilangan motivasi.
Estrogen juga memengaruhi kadar serotonin, hormon yang berperan dalam menjaga mood tetap baik. Penurunan estrogen saat menopause dapat menyebabkan depresi pada sebagian perempuan.
Perubahan mood seperti mudah menangis, marah, atau merasa sensitif (baper).
Kelelahan atau kurang semangat.
Efek ini dikenal sebagai gejala PMS (Premenstrual Syndrome), yang umum terjadi pada perempuan menjelang haid.
Menghambat produksi ASI pada ibu menyusui.
Memicu kecemasan, sulit tidur, dan gangguan metabolisme.
2. Hormon Kebahagiaan
Setelah Melahirkan: Meskipun kadar estrogen menurun drastis pasca-persalinan, kadar dopamin dan oksitosin meningkat. Inilah yang membuat ibu merasa bahagia dan terikat dengan bayinya meskipun sedang dalam kondisi kelelahan.
Pengaruh Stres: Jika ibu menyusui mengalami stres, kadar dopamin dan oksitosin bisa turun, yang memengaruhi produksi ASI. Kadang-kadang, obat diperlukan untuk membantu merangsang produksi dopamin agar ibu merasa lebih rileks.
3. Fase Kehidupan Perempuan dan Perubahan Hormonal
● Hot flashes (sensasi panas tiba-tiba).
● Keringat malam (night sweats).
● Siklus menstruasi yang tidak teratur.
Dr. Bitefillia menjelaskan bahwa ini adalah masa yang paling menantang karena fluktuasi hormon yang tinggi. Dukungan keluarga dan kesadaran untuk menjaga kesehatan mental menjadi sangat penting.
● Penurunan gairah seksual.
● Keringat malam.
Dr. Bitefillia juga menyoroti bahwa pada masa ini, perempuan mungkin merasa kehilangan tujuan hidup, terutama jika anak-anak sudah mandiri.
● Osteoporosis.
● Penyakit jantung koroner.
Dr. Bitefillia menekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik dengan olahraga teratur, konsumsi kalsium, dan pemeriksaan kesehatan rutin.
4. Pentingnya Dukungan Sosial
● Meluangkan waktu berkualitas bersama keluarga.
● Melibatkan diri dalam komunitas atau aktivitas sosial yang memberi makna.
● Dukungan keluarga sangat penting untuk membantu perempuan menjalani masa transisi ini dengan lebih positif.
Dr. Fitriana Astuti, Sp.KJ, menjelaskan secara komprehensif tentang pentingnya kesehatan mental, terutama dalam konteks kehidupan perempuan dan perannya sebagai ibu. Berikut ini adalah poin-poin utama yang beliau sampaikan:
Apa itu Kesehatan Mental?
Menurut definisi dari Kementerian Kesehatan, kesehatan mental adalah kondisi di mana individu:
1. Menyadari potensinya sendiri – Seseorang mampu mengenali kekuatan dan kelemahannya dengan bijak.
2. Mampu menghadapi tekanan hidup secara normal – Mengelola stres dan tantangan hidup tanpa terganggu secara emosional.
3. Produktif dan berkontribusi – Berfungsi secara efektif dalam kehidupan pribadi dan sosial, serta memberikan dampak positif bagi lingkungannya.
Kesehatan mental mencakup tiga aspek utama:
Emotional well-being merujuk pada kemampuan seseorang untuk:
Berpikir positif meskipun menghadapi situasi sulit.
Menjalani kehidupan dengan tenang, stabil, dan penuh rasa syukur.
2. Psychological Well-Being
Psychological well-being adalah kemampuan seseorang untuk:
Menerima dirinya sendiri, termasuk kelemahan dan masa lalunya.
Melihat hidup sebagai perjalanan yang bisa dijalani dengan kedewasaan emosional.
3. Social Welfare
Social welfare adalah kondisi di mana seseorang mampu:
Berinteraksi secara baik dengan lingkungan dan komunitasnya.
Menjalin hubungan yang sehat dan bermakna dengan orang-orang di sekitarnya.
Manfaat Kesehatan Mental yang Baik
Dr. Fitriana menjelaskan beberapa manfaat dari memiliki kesehatan mental yang baik:
1. Meningkatkan spiritualitas – Mental yang sehat memudahkan seseorang untuk lebih dekat dengan Tuhan dan menemukan makna dalam hidup.
2. Meningkatkan kualitas hidup – Hidup menjadi lebih seimbang, bahagia, dan penuh rasa syukur.
3. Memperpanjang usia – Kesehatan mental yang baik sering dikaitkan dengan pengurangan stres kronis, yang berdampak pada umur panjang.
4. Menjaga kesehatan fisik – Keseimbangan mental membantu mencegah penyakit fisik yang terkait dengan stres seperti hipertensi atau gangguan pencernaan.
5. Mempermudah pencapaian kesuksesan – Mental yang sehat memungkinkan seseorang untuk fokus, optimis, dan gigih dalam mencapai tujuannya.
Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental
1. Biologi
Faktor Genetik: Gangguan mental sering kali dipengaruhi oleh keturunan. Hormon utama seperti dopamin, serotonin, norepinefrin, dan GABA memiliki peran besar dalam mengatur suasana hati, konsentrasi, dan ketenangan. Ketidakseimbangan hormon ini bisa diwariskan secara genetik.
2. Psikologi
Faktor psikologis mencakup trauma masa lalu, kepercayaan diri, dan cara seseorang mengelola tekanan hidup. Pengalaman masa kecil sering kali memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan mental seseorang.
3. Sosial
Dukungan sosial yang buruk, lingkungan yang toksik, atau tekanan dari masyarakat dapat memengaruhi kesejahteraan mental seseorang.
Mengapa Ibu Harus Sehat Secara Mental?
Dr. Fitriana menyoroti bahwa ibu memiliki peran penting dalam keluarga, seperti:
Manajer keuangan – Mengatur pengeluaran keluarga.
Pendidik – Memberikan pendidikan pertama bagi anak-anaknya.
Koki dan petugas kebersihan – Memastikan keluarga mendapatkan makanan sehat dan rumah yang nyaman.
Perawat dan psikolog keluarga – Memberikan perhatian emosional kepada pasangan dan anak-anak.
Meskipun beberapa tugas ini dapat didelegasikan, tanggung jawab utama tetap ada pada ibu. Jika seorang ibu memiliki kesehatan mental yang baik, ia dapat menjalankan peran-peran ini dengan seimbang, sehingga:
Rumah tangga menjadi tempat yang nyaman.
Anak-anak dapat tumbuh secara optimal.
Hubungan dengan pasangan menjadi harmonis.
Kesehatan mental seorang ibu sangat memengaruhi pertumbuhan fisik, emosional, dan sosial anak. Dr. Fitriana menjelaskan bahwa:
1. Anak belajar dari ibu – Anak-anak cenderung meniru cara ibu mereka menghadapi tekanan atau menyelesaikan masalah. Jika seorang ibu tetap tenang dan positif, anak-anak pun akan belajar menghadapi hidup dengan cara yang sama.
2. Keseimbangan emosional ibu menciptakan lingkungan yang aman – Ibu yang sehat secara mental mampu memberikan perhatian yang cukup kepada anak-anak, menciptakan rasa aman, dan membantu anak tumbuh dengan rasa percaya diri.
3. Ibu yang stres memengaruhi anak – Ketika ibu merasa stres atau tertekan, anak-anak bisa merasa cemas dan kurang diperhatikan. Dalam jangka panjang, ini dapat memengaruhi kesehatan mental anak.
Kesimpulan
Dr. Fitriana mengingatkan bahwa menjaga kesehatan mental tidak kalah pentingnya dengan kesehatan fisik. Para ibu perlu memberikan perhatian pada kesejahteraan emosional mereka, karena ini tidak hanya berdampak pada diri sendiri tetapi juga pada keluarga. Beberapa saran dari beliau:
● Berbagi tanggung jawab rumah tangga dengan pasangan atau anggota keluarga lainnya.
● Meluangkan waktu untuk diri sendiri, seperti melakukan hobi atau sekadar beristirahat.
● Mendapatkan dukungan sosial melalui teman, komunitas, atau kelompok pendukung.
● Tidak ragu untuk mencari bantuan profesional jika merasa kewalahan.
Dengan kesehatan mental yang baik, seorang ibu dapat menjadi pilar yang kokoh bagi keluarganya, menciptakan rumah tangga yang bahagia dan seimbang.
Mari kita usahakan menjadi ibu yang sehat dan bahagia.
No comments:
Post a Comment